oleh Zinsari
Ada anggapan bahwa bank harus kuat agar dapat menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Ada kecenderungan untuk mendorong bank kecil agar bergerak menjadi bank besar.
Salah satu ukuran bank kuat adalah adanya permodalan yang besar pula. Semakin besar modal bank, maka sesuai ketentuan otoritas perbankan, maka besarnya kredit yang bisa diberikan kepada tiap-tiap nasabah (termasuk kelompok nasabah) akan semakin besar, kita ketahui batas maksimum pemberian kredit kepada tiap nasabah ataupun kelompok nasabah adalah 20% dari modal bank.
Sesuai hukum ekonomi, maka bank akan mencari jenis usaha yang lebih efisien, sehingga secara teori biaya penyaluran kredit kepada segelintir orang akan lebih ringan dibandingkan biaya penyaluran kredit dalam jumlah yang sama kepada banyak nasabah kecil-kecil. Apa artinya? Tentunya bank yang kuat akan kurang berminat menyalurkan kredit kepada masyarakat kecil.
Akibatnya, harapan meningkatkan perekonomian masyarakat kecil semakin susah untuk diwujudkan.
Kalau bank yang kecil dipaksa menjadi besar melalui ketentuan pemenuhan modal disetor, apa mungkin? jawabannya, mungkin saja, tetapi bank keil terpaksa dicaplok oleh konglomerat. Kasihan benar yang kecil, terutama yang berhati mulia, mengelola banknya dengan penuh integritas dan semangat membangun perekonomian masyarakat sekitarnya, suatu saat harus diserahkan kepada konglomerat yang menikmati jerih payahnya. Umumnya konglomerat enggan melayani yang kecil-kecil, sehingga harapan peningkatan perekonomian masyarakat kecil semakin jauh.
Sungguh menyenangkan seandainya kita biarkan bank-bank itu berkembang secara alamiah, biarlah ada yang besar dan biarlah pula ada yang kecil, yang penting semuanya beroperasi secara sehat. Bank yang besar, bank yang kuat melayani yang besar, sementara yang kecil melayani yang kecil pula.
Memang, kebijakan masa lalu telah menimbulkan munculnya banyak bank. Banyak pemilik maupun pengusus yang tidak memahami bisnis perbankan secara utuh, sehingga bisnis bank diperlakukan seperti usaha dagang biasa. Selain itu, mungkin faktor integritasnya masih jauh dari harapan. Meskipun demikian, kasus-kasus itu tentu tidak dapat digeneralisir. Tidak semua bank besar baik, tidak semua bank kecil jelek. Bank besar yang tidak benar harus ditindak, bank kecil yang bagus harus terus didukung.
Setuju... sesuatu yang besar gak menjamin selalu baik..selalu sehat. Banyak kok yang besar2 tapi gak baik or gak sehat. Seperti manusia..yang gemuk..gak menjamin pasti sehat n kuat...contohnya saya....ha ha...
BalasHapus