19 Nov 2011

TOPIK PELATIHAN DESEMBER 2011

RENCANA KERJA BPR

Topik yang segera menjadi trend pelatihan akhir tahun ini adalah Penyusunan Rencana Kerja Tahunan. BPR wajib menyusun rencana kerja tahunan dan menyampaikannya ke Bank Indonesia selambat-lambatnya pada tanggal 31 Januari. 

Penyusunan rencana kerja sekurang-kurangnya mencakup rencana penghimpunan dana, rencana penyaluran kredit, rencana modal, rencana jaringan kantor, rencana pelatihan dan rencana peningkatan kinerja. Dalam rencana kerja tersebut juga disertakan proyeksi laporan keuangan yang dibuat dalam 2 smester. 
 

              Software Aplikasi versi 1.5

Materi pelatihan kini tidak saja hanya berisikan teori-teori belaka, melainkan termasuk adanya software aplikasi yang praktis dan cocok untuk BPR, sehingga Direksi BPR tidak lagi dipusingkan dalam hitung-menghitung angka-angka. Direksi cukup berkonsentrasi pada rencana pos-pos yang menjadi fokus perencanaan, sedangkan proses hitung-menghitung hingga terbitnya proyeksi laporan keuangan dapat dihasilkan oleh software aplikasi secara otomatis.
 
           menu setup

Siapa saja yang perlu ikut pelatihan ini?
1. Direksi dan Komisaris BPR
2. Kepala Cabang 
3. Staff Accounting
4. Staff Pelaporan
5. Staff  lainnya

Persyaratan peserta:
- membawa laptop yg dilengkapi Ms Excel versi 97/2003 atau lebih.



31 Okt 2011

TOPIK PELATIHAN YANG LAGI TREND di bulan Nov 2011

APU-PPT 

Menjelang akhir tahun 2011, topik pelatihan yang paling dibutuhkan oleh Bank Perkreditan Rakyat adalah APU-PPT (Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme). Seperti kita ketahui, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia no 12/20/PBI/2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada tanggal 4 Oktober 2010, yang berlaku sejak tanggal 1 Desember 2010 dan Surat Edaran nomor 13/14/DKBU tanggal 12 Mei 2011.


BPR/BPRS diwajibkan menyampaikan Pedoman Pelaksanaan Program APU-PPT selambat-lambatnya tanggal 1 Desember 2011. Selain itu seluruh karyawan BPR/BPRS wajib mendapatkan pengetahuan mengenai kebijakan, prosedur dan pelaksanaan APU-PPT.
Prioritas untuk karyawan yang memenuhi kriteria berikut:
1. yang berhadapan langsung dengan nasabah (pelayanan nasabah)
2. pelaksana tugas sehari-hari terkait dengan pengawasan pelaksanaan program APU-PPT
3. pelaksana tugas sehari-hari terkait dengan pelaporan kepada PPATK dan Bank Indonesia

Karyawan yang mendapatkan prioritas tersebut harus mendapatkan pelatihan secara berkala, sedangkan karyawan lainnya paling kurang 1 (satu) kali dalam masa kerjanya. Karyawan yang berhadapan langsung dengan nasabah harus mendapatkan pelatihan sebelum penempatan.


Informasi tentang pelatihan APU-PPT dapat dilihat dalam menu [ Topik Bpr ]

31 Jul 2011

Ketika Bandung Tanpa Hotel

Hotel di Bandung tentu banyak sekali, tetapi saya pernah tidak mendapatkan hotel untuk menginap, walaupun hanya semalam. Banyak yang tidak percaya... tetapi itulah kenyataannya, Berburu tempat menginap, dari yang bernama hotel hingga penginapan, dari jam 5 sore hingga jam 2 pagi, dari Bandung, Lembang, Cimahi, Cianjur, hingga Puncak...berikut ini kronologisnya:
 
Hari itu,sabtu, 2 Juli 2011, saya memulai inhouse training di sebuah bank di Bandung, acara dimulai tepat pukul 13:00. Dari order yang saya terima, katanya ada sekitar 30 peserta, sempat kaget melihat pesertanya mencapai hampir 100 orang, tempat pelatihannya pun dari ruang garasi yang disulap jadi tempat pelatihan... Kaget si boleh, tapi tidak boleh sampai ketahuan, itu yang terpikir di saat itu. Strategipun harus berubah, biasanya mengajar dalam ruang ber-AC, dengan peserta yang homogen, ini jauh sekali berbeda, pesertanya macam-macam, dari level paling bawah hingga level atas. Aksi saya diubah seperti seorang presenter, tapi juga seperti pemandu humor, dan diselingi dengan tanya jawab layaknya acara kelompencapir jaman dulu. Pelatihan pun berlangsung hingga sore, jam 5, waktunya istrahat dan dilanjutkan esok paginya.

Ketika akan meninggalkan tempat, panitia penyelenggara alias tuan rumah memberitahukan bahwa akan diantar ke hotel, tapi tunggu sebentar ya, katanya. Akupun menunggu dengan sabar di ruang tamunya. Mula-mula sih sabar menunggu, tetapi lama-kelamaan koq terasa agak aneh, kenapa lama sekali, maka mulailah bertanya, akhirnya disampaikan bahwa hotel-hotel penuh, tetapi masih diupayakan. Tunggu dan tunggu, akhirnya jam 8 malam, dikabarkan sudah dapat satu kamar. Tanpa berpikir panjang saya segera meluncur ke hotel yang dimaksud. Sesampainya panitia memohon maaf, karena hanya ini yang bisa didapat pada hari itu, seluruh hotel di Bandung penuh, kebetulan ada acara kongres salah satu partai politik. Saya jawab, tidak apa-apa, sayapun pernah mengalami susahnya mencari hotel di Yogyakarta yang ketika itu bersamaan dengan acara Muhammadyah. Tanpa melihat kondisi kamar, saya mencoba memberi semangat kepada panitia, bahwa saya dapat memaklumi dan yang penting bisa tidur, tidak perlu hotel berbintang. Walaupun panitia berulang-ulang meminta maaf dan berkata ini sangat tidak layak buat seorang instruktur. Tapi saya pun berulang-ulang mengatakan tidak apa-apa.

Tetapi ketika panitianya sudah pulang, saya minta kunci ke petugas hotel dan menuju kamar yang sudah dipesan panitia. Ternyata kamarnya ada di lantai 2, melewati lorong kecil berkelok-kelok. Sampailah di kamar yg dimaksud, eh ternyata kamarnya berukuran kurang lebih 1,5 x 2 m, kasurnya dekil dan berdebu, sepertinya sudah lama tidak dihuni. Jendelanya dari kaca nako yang sudah tidak utuh lagi...dan ternyata penghuninya sudah banyak, yaitu teman-temannya nyamuk....wah alias tidak bisa tidur, kalau begini... Dalam pikiranku, masak sih tidak ada lagi tempat penginapan di Bandung? Seingatku, sepanjang jalan menuju Lembang banyak sekali hotel ataupun tempat penginapan. Tanpa pikir panjang, saat itu juga saya langsung checkout lagi... dan mencoba mencari hotel di seputar Pasir Kaliki. Tanda-tanda tidak dapat hotel mulai terasa, karena ada juga orang lain yang juga mencari hotel. Semua hotel yang disinggahi menjawab sudah full, walaupun hingga Lembang. Akhirnya terpikir Cimahi, ya mungkin di Cimahi ada. Menelusuri jalan di Cimahi, tetapi kondisinya sama, semua hotel dan penginapan full. Selanjutnya terpikir Cianjur, maka segeralah meluncur ke arah Cianjur, tapi kondisinya sama, semua hotel full.... Wah sudah tanggung, ke Puncak saja, walau pun sudah larut malam, eh tepatnya menjelang subuh.... Benar saja sudah jam 2 pagi, saya dapat menginap di daerah Cipanas, Puncak... lumayan bisa tidur 3 jam, karena jam 5 pagi harus meluncur ke Bandung lagi...

Ternyata saya masih lebih pagi dari kebanyakan peserta yang hadir pagi itu... tidak ada yang tahu bahwa semalam penuh perjuangan, walaupun akhirnya hanya bisa menikmati kamar sekitar 3 jam....ini sebuah pelajaran.

Kepada panitia penyelenggara, saya memaklumi memang hari itu hotel di Bandung penuh semua, bukan salah panitia, bahkan panitia sudah berusaha secara maksimal. Saya juga mohon maaf, bukannya saya tidak menghargai upaya panitia, tetapi yang terlintas saat itu adalah bisa istrahat cukup agar esok harinya bisa fit kembali untuk memberikan materi kepada para peserta...

25 Feb 2011

Menghitung Nilai Tunai dari Kredit yang Direstrukturisasi

Sesuai Pedoman Akuntansi BPR yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010 berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia no 14/12/DKBU tanggal 1 Juni 2010, maka kredit yang direstrukturisasi harus dibentuk penyisihan kerugian atas restrukturisasi tersebut. Untuk itu perlu dihitung nilai tunai dari  arus kas masa depan dengan jadwal hasil restrukturisasi. Selisih antara Pokok kredit yang direstrukturisasi dengan nilai tunai merupakan kerugian akibat restrukturisasi tersebut. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana menghitung nilai tunai tersebut? Untuk itu saya mencoba memaparkannya menjadi lebih sederhana untuk dipahami oleh siapa saja yang memerlukannya.

Andaikan kita merestrukturisasi suatu pinjaman sebesar Rp. 10.000.000,- dengan jangka waktu 24 bulan dan tingkat bunga 12% per tahun, dan debitur diwajibkan mengangsur kembali setiap bulannya dengan metode perhitungan bunga flat dan angsuran tetap. Besarnya angsuran dapat dilihat pada tabel. Setiap bulannya, debitur mengangsur pokok pinjaman sebesar Rp. 416,667,- dan membayar bunga sebesar Rp. 100,000,- sehingga total arus kas masuk per bulannya adalah Rp. 516.667,-

Nilai Tunai

Nilai tunai dihitung dengan rumus berikut:
                                               

         Nilai tunai  = Ʃn=1..24    arus kas/( 1 + i )^ n


dimana n = jangka waktu,  dari 1 s/d 24
               i = tingkat bunga efektif per tahun, untuk kasus ini adalah  23,04% (hasil konversi dari tingkat bunga flat 12%).

sehingga untuk:
bulan ke 1, nilai tunai = 516,667 / ( 1 + 23,04/12/100 )^1 = 506,934
bulan ke 2, nilai tunai = 516,667 / ( 1 + 23,04/12/100 )^2 = 497,384
bulan ke 3, nilai tunai = 516,667 / ( 1 + 23,04/12/100 )^3 = 488,014

Dengan cara yang sama kita hitung nilai tunai setiap bulannya hingga angsuran ke 24, sehingga diperoleh total nilai tunainya adalah 9,861,338. Lihat kolom paling kanan pada tabel di atas.
 
Fungsi Net Present Value

Nilai tunai juga dapat dihitung secara cepat dengan menggunakan fungsi NPV dalam spreadsheet, misalnya dengan Microsoft Office Excel, maka fungsinya adalah:

                       NPV(23,04/1200;E8:E31)

dimana E8 adalah sel angsuran ke 1, sedangkan E31 adalah angsuran ke 24. Hasilnya sama dengan 9,861,338.

Kerugian Restrukturisasi
 
Kerugian restrukturisasi dapat dihitung sbb:
  • pokok kredit                  = 10,000,000
  • nilai tunai                      =   9,861,338 -
  • kerugian restrukturisasi =     138,662
Sehingga perlu dibentuk Penyisihan Kerugian Restrukturisasi sebesar Rp. 138,662.